KIsah Sejarah Buaya Pemakan Manusia di Palu Yang Dibunuh Warga Jerman Dengan Peluru Emas
Jakarta - Buaya yang hidup di Sungai Palu, Sulawesi Tengah, menyimpan banyak
cerita sejarah. Salah satu sejarah yang kini terekam di memori warga
Suku Kaili, penduduk asli Lembah Palu, Sulawesi Tengah, adalah
pembunuhan seekor buaya ganas dan berukuran besar yang menerkam seorang
penambak pasir di Sungai Palu.
Tossi Fischer adalah si penembak buaya itu. Ia dan ayahnya, John
Fischer, adalah warga negara Jerman. Mereka membunuh buaya itu dengan
peluru emas di Kampung Baru, tepatnya di Jembatan III Palu sekitar tahun
1957.
Buaya besar yang dibunuh itu kemudian dibelah dan didapati potongan-potongan manusia di dalam isi perutnya. Setelah kejadian pertama itu, warga kemudian menghentikan aktivitasnya di Sungai Palu.
"Semenjak itu sampai saat ini cerita buaya makan orang itu adalah terakhir dan hingga sekarang tidak pernah lagi ada cerita buaya makan manusia lagi,"kata Koordinator Komunikasi Historia Sulteng, Moh Herianto kepada PaluPoso, Jumat (28/2).
Tahun 1957 hingga 1960, katanya, populasi buaya di Sungai Palu perlahan populasinya makin berkurang. Bahkan, sama sekali punah. Sebab, buaya kala itu diburu dan dikonsumsi oleh sebagian masyarakat. Kemunculan buaya kembali di Sungai Palu sejak tahun 2000-an pasca-banjir yang terjadi di Kabupaten Sigi.
Manuskrip Buaya di Tanah Kaili
Manuskrip yang diawali dengan tulisan Syahadat dalam aksara Arab Gundul
ini, merupakan manuskrip yang berada di Kabupaten Sigi. Uniknya, dalam
manuskrip tersebut tergambar jelas dua ekor buaya diantara hewan
lainnya.
Manuskrip tersebut merupakan milik keluarga kerajaan Sigi yang berada di Desa Bora. Hal tersebut mengindikasikan bahwa buaya menjadi salah satu hewan yang disakralkan oleh Suku Kaili sejak dahulu kala.
Untuk diketahui, buaya di Sungai Palu digunakan sebagai perlambang
kebesaran seorang bangsawan. Hal tersebut dilihat dari bentuk handle
(gagang) Guma yang dimiliki seorang bangsawan Kaili. Senjata khas Suku
Kaili tersebut dikenal sebagai Guma Vo'o Kapuna (kepala buaya).
Guma Vo'o Kapuna adalah Guma (Penai) khusus yang dimiliki raja. Vo'o
Kapuna berarti kepala buaya. Nama tersebut diberikan karena bentuk
gagangnya yang mirip dengan kepala buaya. Benda tersebut merupakan
lambang kebesaran yang diturunkan secara turun-temurun kepada pemegang
takhta kerajaan.
Bahkan pada zaman dulu, warga Suku Kaili di Kota Palu percaya jika buaya adalah salah satu penolak bala atau sial.
Komentar
Posting Komentar