Mengenal Buah Maja, Dan Cerita di Baliknya Yang Mulai Pudar
Jakarta - Mungkin tak banyak yang mengenal bentuk dan kegunaan buah mojo, apalagi
mencoba rasanya. Buah berbentuk bulat sempurna berwarna hijau sebesar
buah kelapa ini memiliki kulit yang sangat keras sehingga tak mudah
untuk memecahkannya.
Berdaging putih dengan fragrance yang sedikit menyengat, buah ini memang
tak banyak dikonsumsi masyarakat lantaran rasanya yang sangat pahit.
Meski berasa pahit, buah ini banyak dikonsumsi sebagai obat organic. Di
India, buah ini dipercaya sebagai buah titisan Dewa Siwa.
Sementara di negara lain seperti Pakistan, Srilanka, Nepal dan
Bangladesh, buah ini akrab bagi masyarakatnya. Bahkan meski rasanya yang
pahit, di beberapa negara mengonsumsi buah ini tanpa olahan, menjadi
penyegar minuman.
Di Indonesia, buah maja memiliki nilai historis yang tinggi. Itu tak
lepas dari berdirinya kerajaan terbesar se-Asia Tenggara: Majapahit.
Nama kerajaan yang dipimpin Raja Raden Wijaya ini bahkan mengutip nama
buah yang dulunya mudah dijumpai di Mojokerto ini. Maja berarti buah
maja, dan pahit karena rasanya yang memang pahit.
Konon, penamaan Majapahit itu lantaran pasukan Raden Wijaya yang
menemukan buah maja saat membabat lahan untuk kerajaan. Saat itu, para
tentara mencoba mencicipi buah maja yang rasanya memang pahit.
Disebutlah wilayah itu menjadi Majapahit, kerajaan besar yang memiliki
panglima perang tersohor yakni Gajahmada.
Nama buah maja juga tersemat di nama dua nama wilayah kabupaten dan kota
di Jawa Timur, yakni Kabupaten Mojokerto dan Kota Mojokerto. Kedua
wilayah administrasi ini juga memiliki sejarah yang lekat dengan
Majapahit karena di dua wilayah inilah Kerajaan Majapahit berdiri dan
berkuasa di tahun 1293 hingga sekitar tahun 1527.
Bagi masyarakat Mojokerto, nama buah maja sering disebut sebagai buah
mojo. Persis dengan Majapahit yang disebut sebagai Mojopahit. Keduanya
memang lekat: Mojokerto-- Mojopahit. Mojo berarti buah maja, dan Kerto
berarti kemakmuran.
Dahulu kala, buah maja sangat mudah ditemukan di
Mojokerto. Terlebih di wilayah Kecamatan Trowulan yang menjadi sentra
Kerajaan Majapahit.
Namun, keberadaan buah maja terus meluntur. Entah mungkin karena rasanya
yang tidak familiar bagi lidah masyarakat Mojokerto atau lantaran tak
terbiasa menggunakannya sebagai obat herbal. Karena alas an itu, buah
ini jarang ditanam. Jumlah buah mojo pun semakin sedikit dan mulai sulit
ditemui.
Komentar
Posting Komentar